Salatiga (bahasa Jawa: ​ꦯꦭꦠꦶꦒ, pengucapan bahasa Jawa: [sɔlɔˈt̪igɔ]) adalah salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang menjadi enklave dari Kabupaten Semarang. Kota Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah Selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah Utara Kota Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Kabupaten Semarang dengan kota Surakarta. Jumlah penduduk kota Salatiga hingga akhir tahun 2020 berjumlah 192.322 jiwa.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Prasasti Plumpungan[sunting | sunting sumber]

Prasasti Plumpungan.

Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga telah menjadi daerah istimewa sebagaimana tertera dalam prasasti Plumpungan atau prasasti Hampra. Prasasti yang berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi ini ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Sukrawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan. Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.[4]

Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang suatu tanah perdikan atau swatantra bagi Desa Hampra di wilayah Trigramyama yang diberikan Raja Bhanu untuk kesejahteraan rakyatnya. Tanah perdikan dikenal pula dengan sebutan sima. Tanah ini biasanya akan diberikan oleh para raja kepada daerah tertentu yang benar-benar berjasa kepada kerajaan atau secara sukarela mendirikan bangunan suci keagamaan. Daerah tersebut selanjutnya menjadi daerah otonom yang dibebaskan dari pajak. Daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga saat ini. Untuk mengabadikan peristiwa itulah, Raja Bhanu menulis dalam prasasti Plumpungan kalimat Srir Astu Swasti Prajabhyah yang berarti “semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian”.

Melalui prasasti Plumpungan dapat diperkirakan bahwa daerah Salatiga dulu berada di bawah otoritas Kerajaan Mataram. Di sisi lain, Raja Bhanu yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan belum dapat diketahui hubungannya dengan Kerajaan Mataram, tetapi para peneliti menyatakan bahwa seseorang yang mendirikan bangunan suci merupakan seorang bangsawan. Informasi lain yang disampaikan melalui prasasti Plumpungan menunjukkan adanya komunitas Buddha di Salatiga. Lebih dari itu, masyarakat Salatiga juga telah mengenal organisasi kemasyarakatan dalam bentuk kerajaan, meskipun wilayah Salatiga bukan merupakan pusat kerajaan.

Nama Salatiga juga diperkirakan berasal dari perkembangan nama dewi yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan, yaitu Siddhadewi. Siddhadewi dikenal dengan nama Dewi Trisala. Nama Trisala kemudian dilestarikan di tempat dewi ini dipuja. Lokasi tersebut dinamakan Tri-Sala, yang berdasarkan kaidah hukum bahasa bisa berbalik menjadi Sala-tri atau Salatiga.

Masa Hindia Belanda[sunting | sunting sumber]

Lukisan oleh Josias Cornelis Rappard yang menggambarkan gereja di Salatiga (tahun 1880-an).
Pemandangan salah satu ruas jalan di Salatiga, yaitu Toentangscheweg – jalan menuju ke arah Semarang (sekarang bernama Jalan Diponegoro)  pada tahun 1918 (Tropenmuseum, de Toentangscheweg te Salatiga, Midden-Java).

Salatiga pada masa kolonial tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (kelak menjadi K.G.P.A.A. Mangkunegara I) di satu pihak dan Kasunanan Surakarta dan VOC di pihak lain. Perjanjian ini menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran. Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa.[5] Dikarenakan dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, serta bangunan berarsitektur Indis yang mewah,[6] Kota Salatiga cukup dikenal keindahannya pada masa penjajahan Belanda, bahkan sempat memperoleh julukan De Schoonste Stad van Midden-Java (Kota Terindah di Jawa Tengah).[7]

Masa Republik Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga adalah bekas stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa TimurJawa Tengah dan Jawa Barat.

Letak geografis[sunting | sunting sumber]

Wilayah Salatiga menempati letak posisi yang sangat strategis karena berada pada persilangan jalan raya dari lima jurusan, yaitu Semarang, Bringin, Surakarta, Magelang, dan Ambarawa. Pada saat ini, Salatiga terdiri atas empat kecamatan (ArgomulyoSidomuktiSidorejo, dan Tingkir) dan 23 kelurahan (BlotonganBugelCebonganDukuhGendonganKalibeningKalicacingKauman KidulKecandranKumpulrejo, Kutowinangun Kidul, Kutowinangun Lor, LedokMangunsariNoborejoPulutanRanduacirSalatigaSidorejo KidulSidorejo LorTegalrejoTingkir Lor, dan Tingkir Tengah).

Adapun batas-batas wilayah Salatiga adalah sebagai berikut.[8]

UtaraKecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo dan Desa Watu Agung).
TimurKecamatan Pabelan (Desa Glawan, Desa Sukoharjo, dan Desa Ujung-Ujung) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Nyamat, dan Desa Tegalwaton).
SelatanKecamatan Getasan (Desa Jetak, Desa Samirono, dan Desa Sumogawe) dan Kecamatan Tengaran (Desa Karang Duren dan Desa Patemon).
BaratKecamatan Getasan (Desa Polobogo) dan Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Gedangan, Desa Jombor, dan Desa Sraten).

Keadaan alam[sunting | sunting sumber]

Wilayah Salatiga terletak pada ketinggian antara 450-825 meter di atas permukaan air laut. Secara morfologi, Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung TelomoyoGunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Morfologi pegunungan menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 230-240 C. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung tersebut juga menyebabkan Salatiga terletak pada dataran yang miring ke barat dengan tingkat kemiringannya berkisar antara 50-100, sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran sekaligus lereng gunung dan pegunungan.

Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Salatiga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Daerah topografi bergelombang dengan persentase + 65%, yaitu Kelurahan Bugel, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kelurahan Ledok, Kelurahan Salatiga, dan Kelurahan Sidorejo Lor.
  2. Daerah topografi miring dengan persentase + 25%, yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Pulutan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah.
  3. Daerah topografi datar dengan persentase + 10%, yaitu Kelurahan Blotongan, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Kalicacing, dan Kelurahan Noborejo.[8]

Jenis tanah di Salatiga sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tanah latosol cokelat dan tanah cokelat tua. Tanah latosol cokelat sangat baik untuk tanaman padipalawijasayur-sayuran, dan buah-buahan dengan produktivitas sedang hingga tinggi, sedangkan tanah latosol cokelat tua cocok untuk tanaman hortikultura seperti kopiteh, dan pisang yang banyak dijumpai di bagian utara Salatiga.

Pemandian Kalitaman di Salatiga pada tahun 1928 (Tropenmuseum, Het Zwembad van Kalitaman te Salatiga, Midden-Java).

Faktor pendukung lain yang turut mempengaruhi kesuburan tanah di Salatiga adalah konsenterasi air. Salatiga memiliki tiga sumber mata air yang letaknya berdekatan, yaitu Kalitaman, Benoyo, dan Kalisumbo. Air dari ketiga sumber tersebut memiliki debit yang cukup besar untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk sumber mata air Kalitaman dipakai sebagai kolam renang sejak zaman gemeente dan sampai saat ini menjadi kolam renang bertaraf nasional di Jawa Tengah. Selain ketiga sumber mata air tersebut, masih ada beberapa sumber mata air lagi di Salatiga, yaitu Belik Kalioso, Senjoyo, dan Muncul, sehingga tidak aneh apabila beberapa nama di wilayah ini menggunakan kata-kata yang menunjukkan sumber mata air tersebut, yaitu Dukuh Kalitaman, Kalisumba, Kalioso, Kalibodri, Kalimangkal, dan Kalicacup.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Daftar Wali Kota[sunting | sunting sumber]

No.Wali KotaMulai JabatanAkhir JabatanPeriodeWakil Wali KotaKet.
1.R. Patah195019501[ket. 1]
M.S. Handjojo (Penjabat19501950
2.Mas Soedijono195019572
3.Soewandi Martosoewojo195719613
4.Bakri Wahab196119664
5.Letkol S. Soegiman196619765
6
6.Kol. Pol. S. Ragil Pudjiono197619817
7.Djoko Santoso
BA
198119868
8.Doelrachman Prawiro Soediro198619919
9.Drs.
Indra Suparno
1991199610
10.Drs. Soewarso1996200111
11.H. Totok Mintarto2001200712John Manuel Manoppo
13
12.John Manuel Manoppo20072011Diah Sunarsasi
13.Wali Kota Salatiga Yuliyanto.jpgH.
Yulianto
S.E., M.M.
2011201614Muhammad Haris
Drs.
Agus Rudianto
M.M.
(Penjabat)
20162016
Drs.
Achmad Rofai
M.Si
(Penjabat)
20162017
14.Wali Kota Salatiga Yuliyanto.jpgH.
Yulianto
S.E., M.M.
2017Petahana15Muhammad Haris
Keterangan
  1. ^ Wafat saat menjabat

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Salatiga dalam tiga periode terakhir.

Partai PolitikJumlah Kursi dalam Periode
2009–20142014–20192019–2024
  PDI-P4Kenaikan 8Steady 8
  PKS4Steady 4Steady 4
  Gerindra(baru) 0Kenaikan 4Steady 4
  PKB0Kenaikan 2Kenaikan 4
  Demokrat4Penurunan 3Steady 3
  Golkar4Penurunan 2Penurunan 1
  NasDem(baru) 1Steady 1
  PPP1Steady 1Penurunan 0
  PKPI3Penurunan 0Steady 0
  PAN2Penurunan 0Steady 0
  PIS(baru) 2
  PPRN(baru) 1
Jumlah Anggota25Steady 25Steady 25
Jumlah Partai9Penurunan 8Penurunan 7

Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Kota Salatiga memiliki 4 kecamatan dan 23 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 186.859 jiwa dan luas wilayah 57,36 km² dengan kepadatan 3.257 jiwa/km².[9][10] Sebelum tahun 1992, Salatiga dibagi menjadi satu kecamatan, Kecamatan Salatiga. Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1992, 13 desa di Kabupaten Semarang dipindahkan ke Salatiga, dan Kecamatan Salatiga dilebur, sehingga sekarang terdapat empat kecamatan.[11]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Salatiga, adalah sebagai berikut:[12]

Kode
Kemendagri
KecamatanLuas
(km²)
Populasi
(2015)
Kepadatan
(2015)
Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
33.73.03Argomulyo18,52643.4242.3446
33.73.01Sidorejo16,24755.6323.4246
33.73.04Sidomukti11,45941.8713.6544
33.73.02Tingkir10,54942.8884.0667
TOTAL56,781183.8153.23723

Demografi[sunting | sunting sumber]

Populasi historis
TahunJumlah
Pend.
  
±% p.a.  
190010.000—    
190512.000+3.71%
192018.895+3.07%
192919.192+0.17%
193024.397+27.12%
196158.135+2.84%
197169.184+1.76%
2000153.036+2.78%
2010171.067+1.12%
2019195.010+1.47%
Sumber: 1900–1930,[13] 1961–1971,[14] 2000–2010,[15]

Pada 2015, Salatiga memiliki populasi sebesar 183.815, dengan 89.928 laki-laki dan 93.887 perempuan. dan hingga akhir tahun 2019, berjumlah 195.010 jiwa.[16]

Agama[sunting | sunting sumber]

Pada 2018, Islam adalah agama terbesar di Salatiga (78,10%), diikuti Kristen Protestan (16,30%) dan Katolik (5,10%). Agama lain (BuddhaHinduKong Hu Cu dan aliran kepercayaan) mencakup kurang dari 1% dari jumlah penduduk.[17] Salatiga terkenal akan toleransi agamanya dan merupakan salah satu dari sedikit kota di Jawa untuk mengadakan perayaan dan festival Natal di luar ruangan.[16]

Beberapa tempat ibadah di Salatiga, yaitu:

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Terdapat sebuah industri pengolahan yang berkembang, yang mencakup tekstil, produksi ban dan pemotongan hewan. Pada tahun 2000, industri ini berkontribusi 119,76 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga. Salatiga terletak di persimpangan dari dan ke SemarangSurakarta dan Yogyakarta, membawa keuntungan terhadap sektor perdagangannya. Pada 2000, sektor perdagangan berkontribusi 109 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga.[20]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Di kota ini terdapat UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) salah satu universitas Kristen swasta ternama di Indonesia. Selain itu terdapat pula IAIN Salatiga (Institut Agama Islam Negeri Salatiga) sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Kota Salatiga yang berdiri berkat dukungan berbagai pihak terutama para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Kemudian ada Institut Roncali, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Amika, Akbid ArRum, Akbid Bhakti Nusantara, sekolah perhotelan Wahid Hospitality School, sekolah berkuda Arrowhead, dan STIBA Satya Wacana.

Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga. Adapun sekolah-sekolah menengah umum di Salatiga antara lain SMA Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, dan beberapa SMA swasta. Sedangkan untuk sekolah kejuruan ada SMK Negeri 1 SalatigaSMK Negeri 2 SalatigaSMK Negeri 3 Salatiga dan beberapa SMK swasta dan sekolah internasional.

Di Salatiga ada 10 SMP Negeri, 1 MTs Negeri Salatiga dan beberapa SMP swasta seperti SMP Muhammadiyah, SMP Islam Al Azhar 18, SMP Stella Matutina, SMP Kristen 1, SMP Kristen 2, dan SMP Laboratorium Satya Wacana, SMP Raden Paku Blotongan, SMP Islam Sudirman, SMP Darma Lestari, SMP IT Nidaul Hikmah, SMP Muhammadiyah Plus dll. Adapun beberapa SD Negeri yang tersebar di banyak daerah dan juga swasta yang banyak terpusat diperkotaan dan mulai merambah ke daerah pinggiran.

Pendidikan non formal juga telah berdiri, yaitu Sekolah "Baking" yang dipelopori oleh Perusahaan Terigu Bogasari, yaitu Bogasari Baking Center (BBC) di dekat kampus Universitas Kristen Satya Wacana (Cungkup-Sayangan, Kec.Sidorejo)

Sebagai Kota Pendidikan, Salatiga juga memiliki Perpustakaan Umum Kota Salatiga sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang menyediaan sumber informasi dan pengetahuan bagi setiap orang, khususnya bagi warga Salatiga.[21]

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Jalan utama Salatiga, Jalan Jendral Sudirman

Salatiga tidak memiliki stasiun kereta api maupun bandara, tetapi masyarakat dapat mengakses Salatiga dengan menggunakan bus melalui kelima daerah tersebut.[22]

Bus Antar Kota[sunting | sunting sumber]

Salatiga memiliki tiga terminal, yaitu Terminal Tingkir yang melayani tujuan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) seperti JakartaBandung, dan Surabaya; Terminal Tamansari yang melayani tujuan dalam kota; serta Terminal Rejosari yang melayani tujuan dalam kota dan wilayah sekitar Magelang (GetasanKopeng, dan Ngablak).

Angkutan Massal[sunting | sunting sumber]

Terminal Angkota Tamansari di Salatiga

Untuk transportasi massal, Salatiga memiliki angkutan kota, bus kota ESTO, Sawojajar, Konco Narimo, Tunas Mulya, Safari dan armada taksi Galaksi Taksi dan Matra Taksi dengan tujuan beberapa daerah di sekitar kota Salatiga. Salatiga juga sudah memiliki transportasi berbasis online yaitu GO-JEK dan Grab serta transportasi tradisional seperti andong dan becak.

Kereta Api[sunting | sunting sumber]

Sebentar lagi akan diperkuat dengan dibukanya kembali jalur rel kereta api di Stasiun Tuntang sampai Kedungjati dan berlanjut sampai stasiun Semarang sehingga semakin mudah sarana transportasi dari dan menuju ke kota Salatiga.

Jalan Lingkar Kota[sunting | sunting sumber]

Salatiga memiliki Jalan Lingkar Selatan Salatiga yang beroperasi tahun 2011 dengan total panjang 14 km yang membentang dari Blotongan hingga Cebongan Salatiga.

Jalan Tol[sunting | sunting sumber]

Salatiga juga dilintasi oleh Jalan Tol Semarang-Surakarta seksi 3 yaitu Jalan Tol Bawen-Salatiga sepanjang 17,6 kilometer yang disebut sebagai Panoramic Toll Road karena keindahan pemandangan alam sepanjang perjalanan. Jalan Tol Semarang–Surakarta ini melewati daerah utara dan timur kota Salatiga yang akan memiliki dua Gerbang Tol yaitu Gerbang Tol Salatiga di Tingkir, Salatiga yang telah dibuka serta Gerbang Tol Pattimura yang akan dibangun pada 2018 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemen PUPR) berlokasi di Kauman Kidul, Sidorejo, Salatiga yang akan langsung mengakses dalam pusat kota dimana proyek ini akan menelan investasi sekitar 70 miliar.[23] Secara umum, tujuannya adalah agar akses dapat ditempuh lebih cepat dari Kota SemarangKota Surakarta, maupun Jogja. Jalan tol ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 25 September 2017, dan tepat pada hari itu, Jalan Tol sudah mulai bisa difungsikan.[24] kemudian jalan menuju akses Exit Tol atau dari Terminal Tingkir akan dilebarkan yang semula memiliki lebar hanya 6 meter menjadi 11 meter[25] meskipun perencanaan Pemkot pada 2015 adalah jalan Suruh-Tingkir ini akan dilebarkan menjadi 21 meter dan panjang 2 kilometer sesuai standar jalan nasional dengan estimasi biaya anggaran sebesar 26 miliar.[26]

Objek wisata[sunting | sunting sumber]

Beberapa objek wisata alam dan keluarga di Salatiga, yaitu:

Bangunan bersejarah[sunting | sunting sumber]

Beberapa bangunan bersejarah di Salatiga, yaitu:

Kesenian[sunting | sunting sumber]

Beberapa kesenian di Salatiga, yaitu:

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Salatiga mempunyai beberapa masakan khas, yaitu:

Masakan

  • Bakso Babat.
  • Gecok Kikil.
  • Mie Salatiga.
  • Sate Sapi Suruh.
  • Sayur Tumpang Koyor.
  • Soto Sapi Esto.

Minuman

  • Gempol Pleret.
  • Sup Buah.
  • Wedang Ronde.

Jajanan

  • Bolen Pisang.
  • Gendar Pecel.
  • Grontol.
  • Jadah Jenang.
  • Kapur.
  • Klepon.
  • Lupis.
  • Puli Gendar.

Oleh-oleh

  • Singkong Keju.
  • Bolen Pisang Squad Jr.
  • Getuk Kethek.
  • Kripik Tempe.
  • Bakpia Monginsidi.
  • Kripik Susu.
  • Kripik Paru.
  • Enting-enting Gepuk.
  • Karak dan Kerupuk Gunung Payung.
  • Duku Kecandran.
  • Salak Kecandran.
  • Batik Selotigo.
  • Batik Plumpungan.

Tempat belanja[sunting | sunting sumber]

Salatiga mempunyai 15 pasar tradisional, di antaranya:

  • Pasar Raya I Salatiga.
  • Pasar Raya II Salatiga.
  • Pasar Jetis.
  • Pasar Blauran I dan II.
  • Pasar Sayangan.
  • Pasar Raya III Rejosari.
  • Pasar Andong.
  • Pasar Noborejo.
  • Pasar Klitikan Shopping Center.
  • Pasar Cengek.
  • Pasar Pabelan.
  • Pasar Gedangan.
  • Pasar Jalan Merak.
  • Pasar Burung Banyuputih.
  • Pasar Minggu Kecandran Ringroad Salatiga.

Selain pasar tradisional, terdapat juga beberapa pasar modern terkenal, seperti:

Media massa[sunting | sunting sumber]

Sejumlah media cetak hadir di Salatiga antara lain Majalah Hati Beriman, Wawasan, Koran Sindo, Jateng Pos, Radar Semarang dan Suara Merdeka. Sedangkan beberapa media elektronik seperti SCTV, Cakra TV, TV KU, Antara Foto dan TA TV juga memiliki kontributor di Salatiga. Media online jurnalwarga.com kotasalatiga.com dan salatigacity.com menjadi alternatif pencari berita via internet. Untuk media radio terdapat puluhan stasiun radio di Salatiga.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit[sunting | sunting sumber]

  • RSUD Salatiga
  • RSU Tentara Dr. Asmir DKT
  • RSUP Paru Dr. Aryo Wirawan
  • RSU Ananda
  • RS Bersalin Permata Bunda
  • RSU Puri Asih
  • RSU Sejahtera Bakti
  • RSK THT Syifaa Rohmani

Olah raga[sunting | sunting sumber]

Klub sepak bola Salatiga adalah Persatuan Sepak Bola Indonesia Salatiga (PSISa) yang dikelola oleh pemkot dan dilatih olek sekolah sepak bola Indonesia Salatiga yang sudah mencetak beberapa pemain handal seperti Ravi MurdiantoGendut DoniBayu Pradana dan banyak lagi. Selain sepak bola, juga terdapat beberapa cabang olahraga yang berprestasi seperti pencak silat, karate dengan pembina Dragon Master serta klub-klub lainnya dan sudah sering memberi kejuaraan dan kebanggan bagi Salatiga. Banyak atlet olahraga yang mewakili kota bahkan Indonesia dalam pertandingan. Dari UKSW sendiri juga terdapat klub basket Satya Wacana LBC Angsapura yang sudah sering sekali menjuarai liga basket Indonesia.[46] Sarana tempat olahraga di Salatiga di antaranya:


    0 comments: